DAFTAR ISI
2.1 PRINSIP DASAR TRADISI FENOMOLOGI.............................................................6
2.2 PENGERTIAN
TRADISI FENOMOLOGI.................................................................7
2.3 ALIRAN DALAM
TRADISI FENOMOLOGI........................................................... 8
2.6 TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHEZ............................................................... 11
3.1 ANALISIS STUDI KASUS TEORI FENOMOLOGI................................................ 13
3.2 ANALISIS STUDI KASUS TEORI SEMIOTIKA......................................................15
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang
telah memberikan rahm at dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “MENGANALISIS SEBUAH STUDI KASUS DARI TRADISI
FENOMENOLOGI DAN TRADISI SEMIOTIKA”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Yusmawati,M.I.Kom pada mata kuliah
Teori
Komunikasi. selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Teori Fenomenologi dan Teori Semiotika bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Yusmawati,M.I.Kom selaku dosen mata
kuliah Teori Komunikasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Depok, 21 April 2021
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Berdasarkan sejarah perkembangan ilmu komunikasi, terdapat tiga disiplin
ilmu yang secara konsisten mempelajari ilmu komunikasi yaitu ilmu filsafat,
sosiologi, dan psikologi.Beragamnya teori komunikasi menunjukkan tidak adanya
konsensus yang universal tentang teori komunikasi secara umum. Hal ini
mendorong para ahli untuk mendefinisikan bidang teori komunikasi dengan
berbagai macam cara dan mencakup serangkaian teori yang berbeda.
Salah satu ahli teori yang berupaya untuk menyatukan berbagai bidang
akademis teori komunikasi adalah Robert
T. Craig melalui artikelnya yang berjudul Communication Theory as a Field
(1999). Craig menitikberatkan pada teori komunikasi sebagai disiplin praktis
dan menunjukkan bagaimana berbagai tradisi teori komunikasi dapat terlibat
dalam dialog tentang praktik komunikasi.
Tradisi Fenomenologi adalah salah satu tradisi teori komunikasi yang
melihat proses komunikasi dari sudut pandang filsafat. Tradisi fenomenologi
memandang komunikasi yang efektif sebagai dialog yang disertai dengan
nilai-nilai keterbukaan dan otentisitas baik dalam ucapan maupun tindakan.
Tradisi
Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.
Seperti kita ketahui bahwa semiotika (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion”, yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan
suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang
lain (stand for something else) yang
dapat dipikirkan atau dibayangkan. Tanda-tanda yang dimaksud, adalah segala
sesuatu yang mewakili sesuatu yang lainnya. Tradisi semiotik terdiri atas
sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda memrepresentasikan benda, ide,
keadaan, situasi, perasaan, kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri.
1.2 Rumusan
Masalah
a. Menganalisa
Studi kasusdari Tradisi Fenomenologi dan Tradisi Semiotika
b. Untuk
mengetahui penggunaan Tradisi Fenomenologi dikalangan masyarakat serta aturan
memakai tradisi tersebut.
1.3 Tujuan
Pembahasan
a. Untuk
berbagi informasi dari tradisi fenomenologi dan tradisi semiotika
b. Untuk
menambah wawasan dalam teori komunikasi
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Prinsip
Dasar Tradisi Fenomologi
Dalam tradisi
fenomenologi, terdapat beberapa prinsip dasar yang disarikan oleh Stanley
Deetz, yaitu :
a.
Pengetahuan
diperoleh melalui pengalaman secara langsung. Dalam artian, kita mengetahui
dunia karena kita terikat didalamnya.
b.
Makna
tentang sesuatu terdiri atas potensi sesuatu tersebut dalam hidup seseorang.
Dengan kata lain, makna sebuah obyek ditentukan oleh bagaimana kita terhubung
dengan obyek tersebut.
c.
Bahasa
adalah alat makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa sebagai
alat komunikasi yang
digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia.
Proses pemberian
makna atau interpretasi inilah yang menurut Littlejohn dan Foss (2011) menjadi
inti bagi sebagian besar pemikiran fenomenologi.Interpretasi adalah proses
memberikan makna secara aktif kepada sebuah pengalaman. Dalam tradisi
fenomenologi, interpretasi secara literal membentuk apa yang nyata bagi
seseorang. Dengan kata lain, realitas tidak dapat dilepaskan dari
interpretasi.Lebih lanjut Littlejohn dan Foss menjelaskan bahwa interpretasi
merupakan proses pikiran yang aktif atau tindakan kreatif yang mengklarifikasi
pengalaman personal. Interpretasi merupakan proses yang pemberian makna yang
berkesinambungan terhadap apa yang kita lihat dan lakukan.
Proses ini disebut
juga dengan siklus hermeneutik. Siklus hermeneutik diawali ketika kita
membentuk sebuah interpretasi dari sebuah kejadian atau situasi kemudian
menguji interpretasi tersebut dengan cara melihat kembali secara lebih dekat
pada spesifikasi kejadian atau situasi dan begitu seterusnya.
2.2 Pengertian
Tradisi Fenomenologi
Tradisi
Fenomenologi adalah salah satu tradisi teori komunikasi yang melihat proses
komunikasi dari sudut pandang filsafat. Tradisi fenomenologi memandang komunikasi yang
efektif sebagai
dialog yang disertai dengan nilai-nilai keterbukaan dan otentisitas baik dalam
ucapan maupun tindakan.
Tradisi
Fenomenologi digunakan oleh para ahli untuk menganalisa komunikasi dalam rangka
mencari kesalahpahaman yang terjadi dan melihat bagaimana kesalahpahaman
tersebut dikoreksi demi perbaikan masyarakat secara keseluruhan.Berbagai teori
yang berada dalam lingkup tradisi fenomenologi mengasumsikan bahwa orang-orang
secara aktif menafsirkan apa yang terjadi di sekitar mereka dan berusaha untuk
memahami dunia melalui pengalaman pribadi. Dengan demikian, tradisi
fenomenologi mengkaji pengalaman sadar manusia dan cara mengalaminya.
Secara umum
Fenomenologi dipahami sebagai sebuah bidang disiplin dalam filsafat dan gerakan
dalam sejarah filsafat. Sebagai sebuah disiplin dalam filsafat, fenomenologi
adalah studi struktur pengalaman sadar atau kesadaran.Fenomenologi mempelajari
pengalaman sadar sebagaimana yang dialami dari subyektif atau sudut pandang
orang pertama bersamaan dengan berbagai kondisi pengalaman yang
relevan.Sementara itu, fenomenologi sebagai gerakan dalam sejarah filsafat
adalah tradisi filsafat yang diluncurkan di awal pertengahan abad 20 oleh
Edmund Husserl Martin Heidegger, Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, dan
lain-lain. Gerakan ini menitikberatkan tujuan dan arah dalam tataran teori dan
praksis yang disebut Richard L. Lanigandengan pengalaman sadar.
Pengalaman sadar
yang dimaksud meliputi persepsi, pemikiran, memori, imajinasi, emosi,
keinginan, kemauan untuk kesadaran tubuh, tindakan yang diwujudkan, aktivitas
sosial, dan aktivitas linguistik. Berbagai struktur pengalaman ini biasanya
melibatkan intensionalitas yakni keterarahan pengalaman terhadap hal-hal di
dunia dan sifat kesadaran tentang sesuatu.Pengalaman ini selajutnya diarahkan
melalui konsep, pemikiran, gagasan,
gambar, dan lain-lain yang membentuk makna dari pengalaman yang diberikan serta
berbeda dari hal-hal disajikan.Hal ini diamini oleh Lanigan yang menjelaskan
bahwa sebagai sebuah teori, fenomenologi mengkhususkan dirinya pada sifat dan
fungsi kesadaran. Ketika kesadaran digambarkan sebagai sebuah fenomena manusia
maka fenomenologi digambarkan sebagai sebuah sikap atau filsafat dari manusia.
Sementara itu,
sebagai praksis, Fenomenologi berjalan dengan sebuah metodologi investigatif
yang menjelaskan pengalaman. Penerapan metodologi ini memiliki rentang
penjelasan yang sama dengan permasalahan pengalaman yang dimiliki.Dengan kata
lain, fenomenologi menurut Lanigan adalah gerakan sejarah, filsafat dalam
tradisi eksistensial, dan metodologipenelitian dalam filsafat ilmu. Sifat
filsafat inilah yang kemudian diterapkan Lanigan dalam komunikasi.
Komunikasi, menurut
tradisi Fenomenologi adalah dialog atau pengalaman keberbedaan. Tradisi
Fenomenologi mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai pengalaman diri dan
orang lain dalam dialog.Menurut Tradisi Fenomenologi, berbagai macam permasalahan
komunikasi yang terjadi diakibatkan adanya kesenjangan antara berbagai sudut
pandang subyektif.Dalam artian, seseorang tidak dapat secara langsung mengalami
kesadaran orang lain dan potensi terjadinya pemahaman intersubyektif menjadi
terbatas. Tradisi fenomenologi mencari keaslian cara saat kita mengalami diri
dan orang lain. Hambatan-hambatan
komunikasi yang
terjadi disebabkan oleh berkembangnya ketidaksadaran diri, perbedaan yang tidak
diterima, atau berbagai agenda strategis yang menghalangi keterbukaan kepada
orang lain.
2.3 Aliran Dalam Tradisi Fenomenologi
Menurut Littlejohn
dan Foss, terdapat tiga jenis aliran pemikiran dalam tradisi fenomenologi,
yaitu fenomenologi klasik, fenomenologi persepsi, dan fenomenologi hermeneutik.
a. Fenomenologi Klasik
Fenomenologi klasik
adalah salah satu aliran dalam tradisi fenomenologi yang kerapkali dikaitkan
dengan sang penemu fenomenologi modern yaitu Edmund Husserl.Husserl memaknai
fenomenologi sebagai studi ilmiah tentang struktur kesadaran dan kemudian
mengembangkan metode untuk memeriksa struktur kesadaran dalam dirinya sendiri
dan mengesampingkan masalah mengenai hubungan kesadaran dengan dunia
fisik.Menurut Husserl, kebenaran hanya bisa dipastikan melalui pengalaman
secara langsung. Namun kita juga harus disiplin dalam cara kita mengalami
berbagai macam hal.hanya melalui kesadaran perhatianlah kebenaran dapat
diketahui. Dalam rangka mencapai kebenaran melalui perhatian kesadaran, kita
harus mengesampingkan berbagai macam bias atau kesalahan yang kita timbulkan
seperti pengelompokkan pemikiran dankebiasaan
mengalami sesuatu seperti apa adanya. Dengan cara ini, berbagai obyek di
dunia akan menampilkan dirinya kepada kesadaran kita.
b. Fenomenologi Persepsi
Fenomenologi
persepsi atau Phenomenology of Perception
sejatinya merupakan judul sebuah buku yang ditulis oleh seorang ahli filsafat
berkebangsaan Perancis yang bernama Maurice Merlau-Ponty. Melalui bukunya,
Merleau-Ponty mengembangkan interpretasi metode fenomenologi miliknya sebagai
reaksi terhadap Husserl.Yang menjadi bahan acuannya adalah berbagai macam
manuskrip milik Husserl yang tidak dipublikasikan dan keterikatannya yang
mendalam dengan pemikir lainnya seperti Martin Heidegger dan Eugen Fink. Dalam pandangan Merleau-Ponty, dunia
merupakan bidang perseptual dan kesadaran manusia bertugas untuk menciptakan
makna terhadap dunia. Antara dunia dan manusia terdapat keterkaitan yang tidak
dapat dipisahkan. Sebagai manusia, kita dipengaruhi oleh dunia dan dunia pun
mempengaruhi kita dengan cara kita mengalaminya.Bagi Merleau-Ponty manusia
merupakan kesatuan mental dan fisik yang berperan memberikan atau menciptakan makna
terhadap berbagai macam hal yang ada di dunia.
c. Fenomenologi Hermenetik
Aliran ketiga dalam
tradisi fenomenologi adalah fenomenologi hermeneutik. Tokoh yang kerapkali
dikaitkan dengan fenomenologi hermeneutik adalah murid Husserl yang bernama Martin Heidegger dan kemudian diikuti
oleh muridmuridnya seperti Hans-Georg Gadamer dan Paul Ricoeur.Fenomenologi
hermeneutik mempelajari struktur pengalaman interpretatif yakni bagaimana kita
memahami dan terikat dengan berbagai macam hal di sekitar kita di dunia manusia
termasuk diri kita sendiri dan orang lain.Fenomenologi hermeneutik merupakan
perluasan tradisi fenomenologi persepsi dan diterapkan secara lebih lengkap
dalam komunikasi. Bagi Heidegger, realitas sesuatu tidak diketahui dengan
analisis atau reduksi yang cermat tetapi oleh pengalaman alami yang diciptakan
oleh penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
2.4 Prinsip Dasar Tradisi Semiotika
Sebagaimana dijelaskan di atas,
semiotika dicetuskan oleh Saussure dan
Pierce, dan ia masih mengalami perkembangan hingga saat ini. Oleh sebab itu,
mengkaji semiotika secara utuh adalah halyang sulit, jika tidak mustahil,
karena sifatnya yang masih sangat dinamis. Kesulitan itu akan menjadi lebih
nyata tanpa pemahaman yang lebih baik mengenai konsepsi mendasar yang menjadi
pijakan utama setiap perkembangan semiotika. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, bagian ini akan menjabarkan prinsip-prinsip utama semiotika pada
tangan pertamanya, Saussure dan Pierce.
2.5 Pengertian Tradisi
Semiotika
Semiotika merupakan
cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang,
dikenal dengan semiologi. Semiologi sendiri adalah salah satu ilmu atau cabang
yang digunakan untuk menginterpretasikan pesan (tanda) dalam proses komunikasi.
Bebicara tentang konsep symbol harus diawali dengan pemahaman tentang konsep
tanda (“sign”), dimana tanda merupakan unsur yang mewakili unsur yang lain.
Pengembangan semiotika dalam bidang studi dikelompokan menjadi tiga bagian,
yaitu semantic, syntatics, dan Pragmatics. Semiotika sering digunakan dalam
analisis teks. Teks tersebut dapat berupa verbal maupun nonverbal dan bisa
berada dalam media apapun. Istilah teks mengacu pada pesan, dan kumpulan
tanda-tanda yang dikontruksi dengan mengacu dalam genre atau media tertentu
(Cahndler, 2006 dalam Vera, 2014: 08).
Semiotika adalah
suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tandatanda adalah
perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencaari jalan di dunia ini, di
tengah-tengah manusia dan bersama-sama. Semiotika, atau dalam istilah Barthes,
semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)
memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat
dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti
bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu
hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda
(Barthes, 1998: 179 dalam Kurniawan, 2001:53).
Semiotik atau
penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam
teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang
bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan,
dan kondisi di luar tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat
komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir semua perspektif
yang diterapkan pada teori komunikasi. Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan
ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan di
antara tiga hal: benda (atau yang dituju), manusia (penafsir), dan tanda
(Littlejohn, 2011: 53-54). Terdapat empat tokoh besar yang mempopulerkan
analisis semiotika yakni, Charles Sanders Pierce, Ferdinand de Saussure, Roland
Barthes, dan Umberto Eco. Untuk meneliti representasi sensualitas perempuan
dalam iklan parfum Casablanca versi “Teenage Dream” di televise, penulis
menggunakan analisis semiotika yang dipopulerkan oleh Roland Barthes
Metode semiotika
digunakan untuk membongkar makna konotatif yang tersembunyi di balik teks media
secara menyeluruh, sehingga susah untuk objektif karena banyak faktor yang
mempengaruhi seperti, budaya, pengalaman, ideologi, dan lain-lain.
2.6 Teori Semiotika Roland Barthez
Teori Roland
Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2
tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari
bahasa Latin connotare, ^menjadi makna_ dan mengarah pada tanda-tanda kultural
yang terpisah/bebeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata
melibatkan simbol-simbol, historis dan yang berhubungan dengan emosional.
Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies
(1972) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian
orang Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat.
Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang
“apa-yang-terjadi-tanpa-mengatakan” dan menunjukkan konotasi duniatersebut
secara lebih luas basis idiologinya.
Barthes juga
melihar aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandakan suatu
masyarakat,. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan,
jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan
menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda
baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang
menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
Gambar 2.5.1Two Orders of Signification dari Barthez Dalam
Tatanan Kedua, Sitem Tanda dari Tatanan
Perrtama Disisipkan ke Dalam Sistem Nilai Budaya
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Analisis Studi Kasus Teori Fenomenologi
SUNGAI KAKAP,
Kompas.com - Kasus balita yang kecanduan merokok masih terus terjadi. Di
Kalimantan Barat, ada balita berusia 2,9 tahun bernama SL asal Dusun Nirwana,
Desa Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap, sejak tiga bulan terakhir menjadi
pecandu rokok.
Menurut Pinah,
kebiasaan anaknya itu mulai timbul karena faktor ayahnya, Sapi'i, yang biasa
merokok di depan anaknya.Dia menceritakan, tanpa sepengetahuan kedua
orangtuanya, SL mengambil rokok ayahnya yang biasa terletak di atas meja dan
menghisapnya sendiri.Pinah juga mengaku sudah kewalahan memenuhi kebutuhan
rokok SL. Pasalnya, dalam sehari SL bisa menghabiskan setengah bungkus
rokok.Mulai dari rokok filter, mild, kretek hingga "longlat" juga
diisap oleh SL.
Melihat kondisi SL,
menimbulkan keprihatinan bagi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kubu Raya,
Rosalina Muda Mahendrawan.Rosalina sendiri mengaku akan mencari jalan keluar
untuk menghilangkan kebiasaan SL yang senang merokok. Dia menyatakan akan
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kubu Raya untuk memberikan pengertian secara
langsung kepada orang tua SL, dan menggunakan jasa psikolog anak untuk
menghilangkan kebiasaan anak tersebut.
Analisis
Dari 3 prinsip yang
di kemukakan oleh Stanley Deetz dari kasus di atas dapat dianalisis sebagai
berikut:
1.
Pengetahuan berdasar pengalaman sadar:
Pengetahuan SL tentang rokok bermula dari faktor ayahnya, Sapi'i, yang biasa
merokok di depan anaknya, SL mengambil rokok ayahnya yang biasa terletak di
atas meja dan menghisapnya sendiri. Orang mengetahui pengalaman atau peristiwa
dengan cara mengujinya secara sadar melalui perasaan dan persepsi yang dimiliki
orang bersangkutan.
2.
Makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu
pada hidup seseorang : bagi orang dewasa yang perokok, rokok adalah sesuatu
yang di konsumsi untuk pelengkap
saja, tetapi SL memaknai bahwa rokok adalah kebutuhan yang
harus di penuhi "Waktu itu sudah kami marahi, tapi saat rokoknya diambil
dia menangis dan tidak mau berhenti. Setelah diberi, baru dia diam, sampai
sekarang masih seperti itu, dan kami juga bingung untuk menghentikannya, jadi
kami biarkan saja," tutur Pinah. makna konseptual itu bisa berupa
imajinasi, pikiran, hasrat, ataupun perasaan-perasaan spesifik, ketika orang
mengalami dunianya secara personal.
3.
Bahasa adalah ‘kendaraan makna’ : kita mengetahui
suatu objek, dan dengan bagaimana cara kita menyampaikan suatu makna objek
tersebut. Dari contoh kasus diatas, seorang anak yang berinisial SL, kita dapat
melabelkan SL sebagai anak berumur 2,9 tahun, SL seorang anak di bawah umur
pecandu rokok, SL terbiasa merokok karena melihat ayahnya yang merokok.
Analisis dari bagian tradisi Fenomenologi
1.
Fenomenologi Klasik
Mendapatkan pengetahuan baru fenomenologi
dengan suatu injunksi, yakni "mengurung keluar" [bracket out]
peristiwa-peristiwa serta prakonsepsiprakonsepsi lahiriah, dan dengan demikian
mendekati suatu penangkapan [pemahaman, apprehension]
yang bersifat langsung.
Kita mengetahui bahwa pada umunya orang
perokok adalah orang-orang dewasa, dengan mengesampingkan pengetahuan demikian,
kita mendapatkan pengetahuan baru bahwa anak usia dini pun juga bisa menjadi
pecandu rokok.
2.
Fenomenologi Persepsi
Kita mengenali suatu objek, bagaimana kita
memaknai objek tersebut jika objek tersebut adalah bagian dari dunia kita,
tetapi dapat berbeda bila orang di luar dunia kita yang memberi makna, misalnya
dalam kasus ini antara orang perokok dan orang yang tidak merokok, bagi orang
perokok mereka menilai rokok adalah sesuatu yang menjadikan mereka penangkal
rasa sakit kepala, sedangkan bagi orang yang tidak merokok, mereka memaknai
rokok adalah sesuatu cara untuk membunuh nyawa secara perlahan. Jadi
penilaiannya tidak pernah bisa objektif.
3.
Fenomenologi Hermeneutik
Menurut Heidegger pengalaman sesuatu tak dapat
diketahui melalui analisa yang mendalam melainkan pengalaman seseorang yang
mana diciptakan dengan penggunaan bahasa dalam keseharian. Apa yang nyata dan
apa yang yang sekedar pengalaman melalui penggunaan bahasa. Esensi yang didapat
dengan cara melalui berkomunikasi. Bagaimana kita sadar mengetahui objek itu
karena kita berkomunikasi dengan individu. Contoh kasus ini Di Kalimantan Barat, ada balita balita
berusia 2,9 tahun bernama SL asal Dusun Nirwana, Desa Sungai Kakap, Kecamatan
Sungai Kakap, sejak tiga bulan terakhir menjadi pecandu rokok.
Tradisi
Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui
dialog). Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada
dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat
tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta
memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya.
3.2 Analisis Studi Kasus Teori Semiotika
Berdasarkan berita
yang dilansir di Liputan6.com Jakarta pada tanggal 15 Oktober 2018, ada seorang
pria di Taiwan kebingungan memasuki toilet.Dalam sebuah postingan yang viral di
jejaring sosial beberapa waktu lalu. Sang pria menyempatkan diri untuk memfoto
toilet unik tersebut yang membuat penasaran warganet.
Dua pintu toilet
menunjukan tanda toilet bergambar gajah sedangkan lainnya menunjukan gambar
jerapah. Pria itu bertanya mana di antara kedua gambar tersebut yang merupakan
toilet pria. "Yang mana toilet pria? Tolong bantu, ini sangat
mendesak," tulisnya.
Metode Analisis
Metode yang digunakan
dalam analisis ini ialah Content Analysis (Analisis Isi). Analisis isi (content
analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi
suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi
adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat
lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
Kemudian penelitian ini menggunakan model Roland Barthes,
yang berfokus pada gagasan tentang gagasan signifikasi dua tahap (two order of
signification). Yang mana signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara
signifer (penanda) dan signified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap
realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling
nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk
menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan
dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana
kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau
gejala alam.
Hasil Analisis dan Pembahasan
Gambar 3.2.1
Sumber : (indozone.id/news/JMseL/seorang-pria-yang-kebelet-dibuat-bingung-dengan-penanda-toilet/read-all)
Denotasi :Pada
gambar diatas terlihat simbol gajah dan jerapah yang digunakan sebagai penanda
pintu toilet.
Konotasi :konotasi yang ingin
disampaikan pada gambar diatas adalah adanya perbedaan fungsi dan gender
belalai pada gajah disamakan ketika priasedang membuang air kecil. Sedangkan
jerapah buang air kecil mirip ketika wanita juga buang air.
Di
Indonesia, banyak toilet tak diatur berdasarkan jenis kelamin, meski
penyebabnya adalah keterbatasan fasilitas. Tapi di tempattempat publik seperti
mal dan kantor, pengelompokan seperti di negara-negara maju sudah menjadi
keumuman.
Toilet tersebut
dibedakan sesuai gender dengan menggunakan symbol pada masing-masing pintu
toilet agar terlihat lebih rapih dan nyaman digunakan. Desain simbol yang
digunakan terbilang cukup unik karena menggunakan bentuk hewan.
Mitos
Secara mitos toilet umum di Taiwan yang menggunakan symbol
hewan tersebut untuk membingungkan pengguna toilet tersebut, Faktanya symbol
pada pintu toilet tersebut digunakan hanya untuk keunikan semata. Toilet di
Taiwan 100 ribu saat ini jauh lebih bersih dibanding sebelumnya, dan
diantaranya banyak toilet yang menggunakan symbol wanita dan pria seperti
biasa.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan :
Dari Tradisi
Fenomenologi Dan Tradisi Semiotika Kami mendapat sebuah pembelajaran baru dan
bermanfaat serta berguna untuk menganalisis sebuah study kasus menggunakan
kedua teori tersebut. teori komunikasi yang melihat proses komunikasi dari
sudut pandang filsafat adalah tradisi fenomenologi, sedangkan Tradisi Semiotika
Menggunakan simbol-simbol. Dalam kehidupan bermasyarakat kedua teori ini juga
sangat bermanfaat, karena kondisi pemikiran dan perilaku stimulus berbedabeda.
4.2 Saran :
Dalam melakukan sebuah
penelitian atau menganalisa. Hendak nya memilih model penelitian yang sesuai
dengan apa yang akan di teliti atau di analisa, agar penilitian tersebut dapat
dilakukan dengan maksimal dan hasilnya pun memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Journal “Acta Diurna”_ Volume IV. No.1.
Tahun 2015
Syukur, Kholil. 2006., Metodologi
penelitian, Bandung: Citapusaka Media.
Thia Rahma Fauziah, 2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN
DALAM IKLAN, Universitas Pendidikan Bandung.
Baxter, Leslie & Earl Babbie. The Basics of
Communication Research, Canada,Wadsworth a division of Thomson Learning, Inc.,
2004.
Cresswell,
West, R. & Turner, L. (2014). Pengantar Teori
Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. Salemba Humanika. Jakarta.
http://repository.upi.edu/26922/6/S_IKOM_1200147_Chapter3.pdf http://eprints.umm.ac.id/35424/4/jiptummpp-gdl-oliviakaru-49625-4babiii.pdfhttps://regional.kompas.com/read/2010/12/12/02193940/~Regional~Kalimantan https://www.indozone.id/news/JMseL/seorang-pria-yang-kebelet-dibuat-bingung-denganpenanda-toilet/read-all https://www.liputan6.com/citizen6/read/3667843/bingung-bedakan-mana-yang-untuk-wanitadan-pria-toilet-ini-viral