About

Wednesday, April 21, 2021

About

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4

1.1  LATAR BELAKANG................................................................................................. 4

1.2  RUMUSAN MASALAH............................................................................................ 5

1.3  TUJUAN PEMBAHASAN......................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................... 6

2.1  PRINSIP DASAR TRADISI FENOMOLOGI.............................................................6

2.2  PENGERTIAN  TRADISI FENOMOLOGI.................................................................7

2.3  ALIRAN DALAM  TRADISI FENOMOLOGI........................................................... 8

2.4  PRINSIP DASAR TRADISI SEMIOTIKA................................................................. 10

2.5  PENGERTIAN  TRADISI SEMIOTIKA.................................................................... 10

2.6  TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHEZ............................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................. 13

3.1  ANALISIS STUDI KASUS TEORI FENOMOLOGI................................................ 13

3.2  ANALISIS STUDI KASUS TEORI SEMIOTIKA......................................................15

BAB IV PENUTUP............................................................................................................ 18

4.1  KESIMPULAN.......................................................................................................... 18

4.2  SARAN.................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 19

 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahm at dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MENGANALISIS SEBUAH STUDI KASUS DARI TRADISI

FENOMENOLOGI    DAN   TRADISI        SEMIOTIKA”            ini        tepat    pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Yusmawati,M.I.Kom pada mata kuliah Teori

Komunikasi. selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Fenomenologi dan Teori Semiotika  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yusmawati,M.I.Kom  selaku dosen mata kuliah Teori Komunikasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

 

 

Depok, 21 April 2021

                                                 

 

                                                                                                                                          Penyusun

 

 

 

 

 

BAB I PENDAHULUAN

 

                1.1       Latar Belakang

  Berdasarkan sejarah perkembangan ilmu komunikasi, terdapat tiga disiplin ilmu yang secara konsisten mempelajari ilmu komunikasi yaitu ilmu filsafat, sosiologi, dan psikologi.Beragamnya teori komunikasi menunjukkan tidak adanya konsensus yang universal tentang teori komunikasi secara umum. Hal ini mendorong para ahli untuk mendefinisikan bidang teori komunikasi dengan berbagai macam cara dan mencakup serangkaian teori yang berbeda.

  Salah satu ahli teori yang berupaya untuk menyatukan berbagai bidang akademis teori komunikasi  adalah Robert T. Craig melalui artikelnya yang berjudul Communication Theory as a Field (1999). Craig menitikberatkan pada teori komunikasi sebagai disiplin praktis dan menunjukkan bagaimana berbagai tradisi teori komunikasi dapat terlibat dalam dialog tentang praktik komunikasi.

  Tradisi Fenomenologi adalah salah satu tradisi teori komunikasi yang melihat proses komunikasi dari sudut pandang filsafat. Tradisi fenomenologi memandang komunikasi yang efektif sebagai dialog yang disertai dengan nilai-nilai keterbukaan dan otentisitas baik dalam ucapan maupun tindakan.

                                                Tradisi Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.

Seperti kita ketahui bahwa semiotika (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion”, yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Tanda-tanda yang dimaksud, adalah segala sesuatu yang mewakili sesuatu yang lainnya. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda memrepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri.

 

 

 

                1.2       Rumusan Masalah

a.    Menganalisa Studi kasusdari Tradisi Fenomenologi dan Tradisi Semiotika

b.    Untuk mengetahui penggunaan Tradisi Fenomenologi dikalangan masyarakat serta aturan memakai tradisi tersebut.

 

                1.3       Tujuan Pembahasan

a.    Untuk berbagi informasi dari tradisi fenomenologi dan tradisi semiotika

b.    Untuk menambah wawasan dalam teori komunikasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II TINJAUAN TEORI

 

                2.1       Prinsip Dasar Tradisi Fenomologi

 Dalam tradisi fenomenologi, terdapat beberapa prinsip dasar yang disarikan oleh Stanley Deetz, yaitu :

a.         Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman secara langsung. Dalam artian, kita mengetahui dunia karena kita terikat didalamnya.

b.         Makna tentang sesuatu terdiri atas potensi sesuatu tersebut dalam hidup seseorang. Dengan kata lain, makna sebuah obyek ditentukan oleh bagaimana kita terhubung dengan obyek tersebut.

c.         Bahasa adalah alat makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia.

 Proses pemberian makna atau interpretasi inilah yang menurut Littlejohn dan Foss (2011) menjadi inti bagi sebagian besar pemikiran fenomenologi.Interpretasi adalah proses memberikan makna secara aktif kepada sebuah pengalaman. Dalam tradisi fenomenologi, interpretasi secara literal membentuk apa yang nyata bagi seseorang. Dengan kata lain, realitas tidak dapat dilepaskan dari interpretasi.Lebih lanjut Littlejohn dan Foss menjelaskan bahwa interpretasi merupakan proses pikiran yang aktif atau tindakan kreatif yang mengklarifikasi pengalaman personal. Interpretasi merupakan proses yang pemberian makna yang berkesinambungan terhadap apa yang kita lihat dan lakukan.

 Proses ini disebut juga dengan siklus hermeneutik. Siklus hermeneutik diawali ketika kita membentuk sebuah interpretasi dari sebuah kejadian atau situasi kemudian menguji interpretasi tersebut dengan cara melihat kembali secara lebih dekat pada spesifikasi kejadian atau situasi dan begitu seterusnya.

 

 

 

 

                2.2       Pengertian Tradisi Fenomenologi

 Tradisi Fenomenologi adalah salah satu tradisi teori komunikasi yang melihat proses komunikasi dari sudut pandang filsafat. Tradisi fenomenologi memandang komunikasi yang efektif sebagai dialog yang disertai dengan nilai-nilai keterbukaan dan otentisitas baik dalam ucapan maupun tindakan.

 Tradisi Fenomenologi digunakan oleh para ahli untuk menganalisa komunikasi dalam rangka mencari kesalahpahaman yang terjadi dan melihat bagaimana kesalahpahaman tersebut dikoreksi demi perbaikan masyarakat secara keseluruhan.Berbagai teori yang berada dalam lingkup tradisi fenomenologi mengasumsikan bahwa orang-orang secara aktif menafsirkan apa yang terjadi di sekitar mereka dan berusaha untuk memahami dunia melalui pengalaman pribadi. Dengan demikian, tradisi fenomenologi mengkaji pengalaman sadar manusia dan cara mengalaminya.

 Secara umum Fenomenologi dipahami sebagai sebuah bidang disiplin dalam filsafat dan gerakan dalam sejarah filsafat. Sebagai sebuah disiplin dalam filsafat, fenomenologi adalah studi struktur pengalaman sadar atau kesadaran.Fenomenologi mempelajari pengalaman sadar sebagaimana yang dialami dari subyektif atau sudut pandang orang pertama bersamaan dengan berbagai kondisi pengalaman yang relevan.Sementara itu, fenomenologi sebagai gerakan dalam sejarah filsafat adalah tradisi filsafat yang diluncurkan di awal pertengahan abad 20 oleh Edmund Husserl Martin Heidegger, Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, dan lain-lain. Gerakan ini menitikberatkan tujuan dan arah dalam tataran teori dan praksis yang disebut Richard L. Lanigandengan pengalaman sadar.

 Pengalaman sadar yang dimaksud meliputi persepsi, pemikiran, memori, imajinasi, emosi, keinginan, kemauan untuk kesadaran tubuh, tindakan yang diwujudkan, aktivitas sosial, dan aktivitas linguistik. Berbagai struktur pengalaman ini biasanya melibatkan intensionalitas yakni keterarahan pengalaman terhadap hal-hal di dunia dan sifat kesadaran tentang sesuatu.Pengalaman ini selajutnya diarahkan melalui konsep, pemikiran,  gagasan, gambar, dan lain-lain yang membentuk makna dari pengalaman yang diberikan serta berbeda dari hal-hal disajikan.Hal ini diamini oleh Lanigan yang menjelaskan bahwa sebagai sebuah teori, fenomenologi mengkhususkan dirinya pada sifat dan fungsi kesadaran. Ketika kesadaran digambarkan sebagai sebuah fenomena manusia maka fenomenologi digambarkan sebagai sebuah sikap atau filsafat dari manusia.

 Sementara itu, sebagai praksis, Fenomenologi berjalan dengan sebuah metodologi investigatif yang menjelaskan pengalaman. Penerapan metodologi ini memiliki rentang penjelasan yang sama dengan permasalahan pengalaman yang dimiliki.Dengan kata lain, fenomenologi menurut Lanigan adalah gerakan sejarah, filsafat dalam tradisi eksistensial, dan metodologipenelitian dalam filsafat ilmu. Sifat filsafat inilah yang kemudian diterapkan Lanigan dalam komunikasi.

 Komunikasi, menurut tradisi Fenomenologi adalah dialog atau pengalaman keberbedaan. Tradisi Fenomenologi mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain dalam dialog.Menurut Tradisi Fenomenologi, berbagai macam permasalahan komunikasi yang terjadi diakibatkan adanya kesenjangan antara berbagai sudut pandang subyektif.Dalam artian, seseorang tidak dapat secara langsung mengalami kesadaran orang lain dan potensi terjadinya pemahaman intersubyektif menjadi terbatas. Tradisi fenomenologi mencari keaslian cara saat kita mengalami diri dan orang lain. Hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi disebabkan oleh berkembangnya ketidaksadaran diri, perbedaan yang tidak diterima, atau berbagai agenda strategis yang menghalangi keterbukaan kepada orang lain.

 

                2.3       Aliran Dalam Tradisi Fenomenologi

 Menurut Littlejohn dan Foss, terdapat tiga jenis aliran pemikiran dalam tradisi fenomenologi, yaitu fenomenologi klasik, fenomenologi persepsi, dan fenomenologi hermeneutik.

a. Fenomenologi Klasik

 Fenomenologi klasik adalah salah satu aliran dalam tradisi fenomenologi yang kerapkali dikaitkan dengan sang penemu fenomenologi modern yaitu Edmund Husserl.Husserl memaknai fenomenologi sebagai studi ilmiah tentang struktur kesadaran dan kemudian mengembangkan metode untuk memeriksa struktur kesadaran dalam dirinya sendiri dan mengesampingkan masalah mengenai hubungan kesadaran dengan dunia fisik.Menurut Husserl, kebenaran hanya bisa dipastikan melalui pengalaman secara langsung. Namun kita juga harus disiplin dalam cara kita mengalami berbagai macam hal.hanya melalui kesadaran perhatianlah kebenaran dapat diketahui. Dalam rangka mencapai kebenaran melalui perhatian kesadaran, kita harus mengesampingkan berbagai macam bias atau kesalahan yang kita timbulkan seperti pengelompokkan pemikiran dankebiasaan  mengalami sesuatu seperti apa adanya. Dengan cara ini, berbagai obyek di dunia akan menampilkan dirinya kepada kesadaran kita.

 

b. Fenomenologi Persepsi

 Fenomenologi persepsi atau Phenomenology of Perception sejatinya merupakan judul sebuah buku yang ditulis oleh seorang ahli filsafat berkebangsaan Perancis yang bernama Maurice Merlau-Ponty. Melalui bukunya, Merleau-Ponty mengembangkan interpretasi metode fenomenologi miliknya sebagai reaksi terhadap Husserl.Yang menjadi bahan acuannya adalah berbagai macam manuskrip milik Husserl yang tidak dipublikasikan dan keterikatannya yang mendalam dengan pemikir lainnya seperti Martin Heidegger dan Eugen Fink.  Dalam pandangan Merleau-Ponty, dunia merupakan bidang perseptual dan kesadaran manusia bertugas untuk menciptakan makna terhadap dunia. Antara dunia dan manusia terdapat keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai manusia, kita dipengaruhi oleh dunia dan dunia pun mempengaruhi kita dengan cara kita mengalaminya.Bagi Merleau-Ponty manusia merupakan kesatuan mental dan fisik yang berperan memberikan atau menciptakan makna terhadap berbagai macam hal yang ada di dunia.

 

c. Fenomenologi Hermenetik

 Aliran ketiga dalam tradisi fenomenologi adalah fenomenologi hermeneutik. Tokoh yang kerapkali dikaitkan dengan fenomenologi hermeneutik adalah murid Husserl yang bernama Martin Heidegger dan kemudian diikuti oleh muridmuridnya seperti Hans-Georg Gadamer dan Paul Ricoeur.Fenomenologi hermeneutik mempelajari struktur pengalaman interpretatif yakni bagaimana kita memahami dan terikat dengan berbagai macam hal di sekitar kita di dunia manusia termasuk diri kita sendiri dan orang lain.Fenomenologi hermeneutik merupakan perluasan tradisi fenomenologi persepsi dan diterapkan secara lebih lengkap dalam komunikasi. Bagi Heidegger, realitas sesuatu tidak diketahui dengan analisis atau reduksi yang cermat tetapi oleh pengalaman alami yang diciptakan oleh penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

 

                2.4       Prinsip Dasar Tradisi Semiotika

Sebagaimana dijelaskan di atas, semiotika dicetuskan oleh  Saussure dan Pierce, dan ia masih mengalami perkembangan hingga saat ini. Oleh sebab itu, mengkaji semiotika secara utuh adalah halyang sulit, jika tidak mustahil, karena sifatnya yang masih sangat dinamis. Kesulitan itu akan menjadi lebih nyata tanpa pemahaman yang lebih baik mengenai konsepsi mendasar yang menjadi pijakan utama setiap perkembangan semiotika. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, bagian ini akan menjabarkan prinsip-prinsip utama semiotika pada tangan pertamanya, Saussure dan Pierce.

2.5 Pengertian Tradisi Semiotika

 Semiotika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang, dikenal dengan semiologi. Semiologi sendiri adalah salah satu ilmu atau cabang yang digunakan untuk menginterpretasikan pesan (tanda) dalam proses komunikasi. Bebicara tentang konsep symbol harus diawali dengan pemahaman tentang konsep tanda (“sign”), dimana tanda merupakan unsur yang mewakili unsur yang lain. Pengembangan semiotika dalam bidang studi dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu semantic, syntatics, dan Pragmatics. Semiotika sering digunakan dalam analisis teks. Teks tersebut dapat berupa verbal maupun nonverbal dan bisa berada dalam media apapun. Istilah teks mengacu pada pesan, dan kumpulan tanda-tanda yang dikontruksi dengan mengacu dalam genre atau media tertentu (Cahndler, 2006 dalam Vera, 2014: 08).

 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tandatanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencaari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1998: 179 dalam Kurniawan, 2001:53).

 Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir semua perspektif yang diterapkan pada teori komunikasi. Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan di antara tiga hal: benda (atau yang dituju), manusia (penafsir), dan tanda (Littlejohn, 2011: 53-54). Terdapat empat tokoh besar yang mempopulerkan analisis semiotika yakni, Charles Sanders Pierce, Ferdinand de Saussure, Roland Barthes, dan Umberto Eco. Untuk meneliti representasi sensualitas perempuan dalam iklan parfum Casablanca versi “Teenage Dream” di televise, penulis menggunakan analisis semiotika yang dipopulerkan oleh Roland Barthes

 Metode semiotika digunakan untuk membongkar makna konotatif yang tersembunyi di balik teks media secara menyeluruh, sehingga susah untuk objektif karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti, budaya, pengalaman, ideologi, dan lain-lain.

                2.6       Teori Semiotika Roland Barthez

 Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa Latin connotare, ^menjadi makna_ dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah/bebeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan yang berhubungan dengan emosional. Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies (1972) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa-yang-terjadi-tanpa-mengatakan” dan menunjukkan konotasi duniatersebut secara lebih luas basis idiologinya.

 Barthes juga melihar aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandakan suatu masyarakat,. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

 

Gambar 2.5.1Two Orders of Signification dari Barthez Dalam Tatanan Kedua, Sitem Tanda dari Tatanan

Perrtama Disisipkan ke Dalam Sistem Nilai Budaya

 

 

 

 

 

 

BAB III PEMBAHASAN

 

                3.1       Analisis Studi Kasus Teori Fenomenologi

 SUNGAI KAKAP, Kompas.com - Kasus balita yang kecanduan merokok masih terus terjadi. Di Kalimantan Barat, ada balita berusia 2,9 tahun bernama SL asal Dusun Nirwana, Desa Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap, sejak tiga bulan terakhir menjadi pecandu rokok.

 Menurut Pinah, kebiasaan anaknya itu mulai timbul karena faktor ayahnya, Sapi'i, yang biasa merokok di depan anaknya.Dia menceritakan, tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya, SL mengambil rokok ayahnya yang biasa terletak di atas meja dan menghisapnya sendiri.Pinah juga mengaku sudah kewalahan memenuhi kebutuhan rokok SL. Pasalnya, dalam sehari SL bisa menghabiskan setengah bungkus rokok.Mulai dari rokok filter, mild, kretek hingga "longlat" juga diisap oleh SL.

 Melihat kondisi SL, menimbulkan keprihatinan bagi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kubu Raya, Rosalina Muda Mahendrawan.Rosalina sendiri mengaku akan mencari jalan keluar untuk menghilangkan kebiasaan SL yang senang merokok. Dia menyatakan akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kubu Raya untuk memberikan pengertian secara langsung kepada orang tua SL, dan menggunakan jasa psikolog anak untuk menghilangkan kebiasaan anak tersebut.

 

Analisis 

 Dari 3 prinsip yang di kemukakan oleh Stanley Deetz dari kasus di atas dapat dianalisis sebagai berikut:

1.             Pengetahuan berdasar pengalaman sadar: Pengetahuan SL tentang rokok bermula dari faktor ayahnya, Sapi'i, yang biasa merokok di depan anaknya, SL mengambil rokok ayahnya yang biasa terletak di atas meja dan menghisapnya sendiri. Orang mengetahui pengalaman atau peristiwa dengan cara mengujinya secara sadar melalui perasaan dan persepsi yang dimiliki orang bersangkutan.

2.             Makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu pada hidup seseorang : bagi orang dewasa yang perokok, rokok adalah sesuatu yang di konsumsi untuk pelengkap

saja, tetapi SL memaknai bahwa rokok adalah kebutuhan yang harus di penuhi "Waktu itu sudah kami marahi, tapi saat rokoknya diambil dia menangis dan tidak mau berhenti. Setelah diberi, baru dia diam, sampai sekarang masih seperti itu, dan kami juga bingung untuk menghentikannya, jadi kami biarkan saja," tutur Pinah. makna konseptual itu bisa berupa imajinasi, pikiran, hasrat, ataupun perasaan-perasaan spesifik, ketika orang mengalami dunianya secara personal.

3.             Bahasa adalah ‘kendaraan makna’ : kita mengetahui suatu objek, dan dengan bagaimana cara kita menyampaikan suatu makna objek tersebut. Dari contoh kasus diatas, seorang anak yang berinisial SL, kita dapat melabelkan SL sebagai anak berumur 2,9 tahun, SL seorang anak di bawah umur pecandu rokok, SL terbiasa merokok karena melihat ayahnya yang merokok.

 

Analisis dari bagian tradisi Fenomenologi

1.             Fenomenologi Klasik

 Mendapatkan pengetahuan baru fenomenologi dengan suatu injunksi, yakni "mengurung keluar" [bracket out] peristiwa-peristiwa serta prakonsepsiprakonsepsi lahiriah, dan dengan demikian mendekati suatu penangkapan [pemahaman, apprehension] yang bersifat langsung. 

 Kita mengetahui bahwa pada umunya orang perokok adalah orang-orang dewasa, dengan mengesampingkan pengetahuan demikian, kita mendapatkan pengetahuan baru bahwa anak usia dini pun juga bisa menjadi pecandu rokok.

2.             Fenomenologi Persepsi

 Kita mengenali suatu objek, bagaimana kita memaknai objek tersebut jika objek tersebut adalah bagian dari dunia kita, tetapi dapat berbeda bila orang di luar dunia kita yang memberi makna, misalnya dalam kasus ini antara orang perokok dan orang yang tidak merokok, bagi orang perokok mereka menilai rokok adalah sesuatu yang menjadikan mereka penangkal rasa sakit kepala, sedangkan bagi orang yang tidak merokok, mereka memaknai rokok adalah sesuatu cara untuk membunuh nyawa secara perlahan. Jadi penilaiannya tidak pernah bisa objektif.

3.             Fenomenologi Hermeneutik

 Menurut Heidegger pengalaman sesuatu tak dapat diketahui melalui analisa yang mendalam melainkan pengalaman seseorang yang mana diciptakan dengan penggunaan bahasa dalam keseharian. Apa yang nyata dan apa yang yang sekedar pengalaman melalui penggunaan bahasa. Esensi yang didapat dengan cara melalui berkomunikasi. Bagaimana kita sadar mengetahui objek itu karena kita berkomunikasi dengan individu. Contoh kasus ini  Di Kalimantan Barat, ada balita balita berusia 2,9 tahun bernama SL asal Dusun Nirwana, Desa Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap, sejak tiga bulan terakhir menjadi pecandu rokok.

 

 Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui dialog). Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya.

 

                3.2       Analisis Studi Kasus Teori Semiotika

 Berdasarkan berita yang dilansir di Liputan6.com Jakarta pada tanggal 15 Oktober 2018, ada seorang pria di Taiwan kebingungan memasuki toilet.Dalam sebuah postingan yang viral di jejaring sosial beberapa waktu lalu. Sang pria menyempatkan diri untuk memfoto toilet unik tersebut yang membuat penasaran warganet.

 Dua pintu toilet menunjukan tanda toilet bergambar gajah sedangkan lainnya menunjukan gambar jerapah. Pria itu bertanya mana di antara kedua gambar tersebut yang merupakan toilet pria. "Yang mana toilet pria? Tolong bantu, ini sangat mendesak," tulisnya.

Metode Analisis 

 Metode yang digunakan dalam analisis ini ialah Content Analysis (Analisis Isi). Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. 

Kemudian penelitian ini menggunakan model Roland Barthes, yang berfokus pada gagasan tentang gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang mana signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer (penanda) dan signified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.

 

Hasil Analisis dan Pembahasan

 

 

Gambar 3.2.1

Sumber : (indozone.id/news/JMseL/seorang-pria-yang-kebelet-dibuat-bingung-dengan-penanda-toilet/read-all)

 

Denotasi :Pada gambar diatas terlihat simbol gajah dan jerapah yang digunakan sebagai penanda pintu toilet.  

Konotasi :konotasi yang ingin disampaikan pada gambar diatas adalah adanya perbedaan fungsi dan gender belalai pada gajah disamakan ketika priasedang membuang air kecil. Sedangkan jerapah buang air kecil mirip ketika wanita juga buang air. Di Indonesia, banyak toilet tak diatur berdasarkan jenis kelamin, meski penyebabnya adalah keterbatasan fasilitas. Tapi di tempattempat publik seperti mal dan kantor, pengelompokan seperti di negara-negara maju sudah menjadi keumuman.

Toilet tersebut dibedakan sesuai gender dengan menggunakan symbol pada masing-masing pintu toilet agar terlihat lebih rapih dan nyaman digunakan. Desain simbol yang digunakan terbilang cukup unik karena menggunakan bentuk hewan.

 

 

Mitos 

Secara mitos toilet umum di Taiwan yang menggunakan symbol hewan tersebut untuk membingungkan pengguna toilet tersebut, Faktanya symbol pada pintu toilet tersebut digunakan hanya untuk keunikan semata. Toilet di Taiwan 100 ribu saat ini jauh lebih bersih dibanding sebelumnya, dan diantaranya banyak toilet yang menggunakan symbol wanita dan pria seperti biasa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV PENUTUP

 

                4.1       Kesimpulan :

 Dari Tradisi Fenomenologi Dan Tradisi Semiotika Kami mendapat sebuah pembelajaran baru dan bermanfaat serta berguna untuk menganalisis sebuah study kasus menggunakan kedua teori tersebut. teori komunikasi yang melihat proses komunikasi dari sudut pandang filsafat adalah tradisi fenomenologi, sedangkan Tradisi Semiotika Menggunakan simbol-simbol. Dalam kehidupan bermasyarakat kedua teori ini juga sangat bermanfaat, karena kondisi pemikiran dan perilaku stimulus berbedabeda.

                4.2       Saran :

 Dalam melakukan sebuah penelitian atau menganalisa. Hendak nya memilih model penelitian yang sesuai dengan apa yang akan di teliti atau di analisa, agar penilitian tersebut dapat dilakukan dengan maksimal dan hasilnya pun memuaskan.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Journal “Acta Diurna”_ Volume IV. No.1. Tahun 2015

Syukur, Kholil. 2006., Metodologi penelitian, Bandung: Citapusaka Media.

Thia Rahma Fauziah, 2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN, Universitas Pendidikan Bandung.

Baxter, Leslie & Earl Babbie. The Basics of Communication Research, Canada,Wadsworth a division of Thomson Learning, Inc., 2004.

Cresswell,

West, R. & Turner, L. (2014). Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. Salemba Humanika. Jakarta.

http://repository.upi.edu/26922/6/S_IKOM_1200147_Chapter3.pdf http://eprints.umm.ac.id/35424/4/jiptummpp-gdl-oliviakaru-49625-4babiii.pdfhttps://regional.kompas.com/read/2010/12/12/02193940/~Regional~Kalimantan https://www.indozone.id/news/JMseL/seorang-pria-yang-kebelet-dibuat-bingung-denganpenanda-toilet/read-all https://www.liputan6.com/citizen6/read/3667843/bingung-bedakan-mana-yang-untuk-wanitadan-pria-toilet-ini-viral

 

 

 

 

 

 

  

No comments:

Post a Comment

About

DAFTAR ISI DAFTAR ISI......................................................................................................................